Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Alhamdulillahi rabbil 'alamin, wash shalatu was salamu 'alaa asyrafil anbiyai wal mursalin, wa 'ala aalihi wa ash-habihi ajma'in, amma ba'du:
Alhamdulillahi rabbil 'alamin, wash shalatu was salamu 'alaa asyrafil anbiyai wal mursalin, wa 'ala aalihi wa ash-habihi ajma'in, amma ba'du:
Saudara, tiba in dan tiba at yang saya muliakan.
Pada kesempatan yang berbahagia ini, marilah terludang kecepeh berlalu dan silam kita panjatkan puji syukur yang sedalam-dalamnya kepada Allah swt. yang senantiasa memmemberikankan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, sehingga pada dikala ini kita sanggup berkumpul bersama-sama dalam suasana hari raya kurban. Sebagaimana telah kita ketahui bahwa ibadah haji dan kurban ialah berakar dari sejarah Nabi Ibrahim beserta istrinya, Siti Hajar dan putranya Ismail a.s. Betapa besar ketakwaan dan ketaatan dia dalam memenuhi perintahAllah swt. maka dengan rela anak, istri dia tinggalkan di lembah yang tandus, begitupula Siti Hajar rela ditinggalkan suaininya tanpá bekal dan mitra alasannya ialah taat kepada suami dan taat kepada Allah swt.
Sungguh besar kekuasaan Allah yang memiliki sifat rahman dan rahim, di tengah-tengah ketandusan padang pasir tersebut,Siti Hajar tak tahu bagaimana harus mendapat sumber air untuk membasuhi kerongkongan dirinya dan juga putranya dari kehausan yang hebat. Kecuali nikmat Allah swt. sehingga kaki Ismail yang meronta-ronta menjejak di tanah padang pasir yang kering kerontang itu menjadikan sumber air penuh keajaiban, yang kemudian kita kenal sebagai sumber air zam-zam, hingga kini ini tiada kering sepanjang masa atas kehendak Allah Yang Maha Kuasa.
Saudara, tiba in dan hadist yang saya muliakan.
Kepatuhan dan pengorbanan Nabi Ibrahim a.s. beserta keluarganya yang begitu besar itu sanggup kita simak pula pada waktu dia mendapat perintah untuk menyembelih putra tercinta satu-satunya Ismail a.s. Sebagaimana dijelaskan dalam surat Asshafat ayat 100-108
yang artinya:
"Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh. Maka Kami menawarkan dia khabar genthira dengan seorang anak yang amat sabar. Maka tatkala anak iu hingga (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: Hai anakku, bantu-membantu saya melihat dalam mimpi bahwa saya menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu. Ia mentpendapat: Hal bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, insyaallah kau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar. Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya) (nyatalah kesabaran keduanya). Dan Kami panggillah dia: Hai Ibrahim, bantu-membantu kau telahmembenarkan mimpi itu. Sesungguhnya demikianlah Kami membeni jawaban kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seujung sembelihan yang besar. Kami langgeng dan kekalkan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang tiba kemudian." (QS. Ash-Shaffat: 100-108).
Ketaatan, kepasrahan dan keikhlasan Nabi Ibrahim, Siti Hajar dan putranya Ismail a.s.untuk berkorban dan berbakti kepada Allah swt. sungguh merupakan perpaduan yang indah dan patut diteladani bagi umat insan sepanjang zaman, dulu, kini dan masa yang akan datang, baik dalam fungsi kita sebagai ayah, ibu, maupun anak. sehingga dari eksklusif masing-masing selalu memancarkan cahaya kebenaran untuk melaksanakan perbuatan-perbuatan terpuji baik bagi diri dan keluarganya maupun bagi masyarakat.
Saudara, tiba in dan tiba at yang saya hormati.
Ibadah Kurban bukanlah sekedar penyembelihan hewan dan makhluk hidup kurban tanpa evaluasi rohani, Al-Qur'an mengaitkankurban dengan penyebutan Asma Allah Yang Maha Kuasa dan dengan kemantapan iman serta penuh kepasrahan dan ketabahan dalam menghadapi musibah.
Allah swt. berfirman:
وَلِكُلِّ أُمَّةٍ جَعَلْنَا مَنْسَكًا لِيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ عَلَى مَا رَزَقَهُمْ مِنْ بَهِيمَةِ الأنْعَامِ فَإِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَلَهُ أَسْلِمُوا وَبَشِّرِ الْمُخْبِتِينَ
"Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban) biar mereka menyebut nama Allah terhadap hewan ternak yang telah dirirkikan Allah kepada kepada mereka, maka Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha Esa, alasannya ialah itu berserah dirilah kau kepada-Nya dan memberikanlah kabar bangga kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah)." (QS. Al-Hajj: 34).
Dan dengan terperinci pula Allah berfirman bahwa bukanlah daging atau darah kurban itu yang hingga kepada Allah, melainkan ketakwaan yaitu kesediaan, ketaatan dan kesetiaan serta keikhlasan memenuhi perintah Allah itulah yang akan hingga kedatang at-Nya. Allah swt. berfirman:
لَنْ يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلا دِمَاؤُهَا وَلَكِنْ يَنَالُهُ التَّقْوَى مِنْكُمْ كَذَلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَبَشِّرِ الْمُحْسِنِينَ
"Daging-daging unta dan darahnya itu, sekali-kali tidak sanggup mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan daripada kamulah yang sanggup mencapainya." (QS. A1-Hajj: 37).

Saudara, tiba in dan tiba at yang saya hormati.
Dari ayat-ayat tersebut kiranya dapatlah kita paham bahwa ibadah kurban itu merupakan wasilah, cara atau jalan untuk mencapai ketakwaan kepada Allah swt. Sedangkan penyembelihan kurban itu, seperti merupakan tindakan simbolis, bagaimana kita harus menundukkan dan menguasai serta mengendalikan kecenderungan-kecenderungan hewan dan makhluk hidupi yang bersemayam di dalam diri setiap manusia, yang dikenal dengan nafsu bahimiyah, nafsu sabu'iyah, nafsu lawwamah dan lain-lain. Nafsu-nafsu tersebut selalu menggejala dalam bentuk keinginan-keinginan yang rendah, yang selalu mendorong dan menarik insan untuk melaksanakan kerusakan, kejahatan, kekejihan.
Nafsu bahimiyah, mencerminkan watak-watak hewan ternak, yang selalu ingin hidup lezat sendiri, hidupnya hanya untuk memenuhi kebutuhan lahiriyah saja tanpa memikirkan dan mau melaksanakan berjuang di jalan Allah dan tidak pula bagaimana biar masyarakat menjadi baik. Sementara nafsu sabu'iyah, mencerminkan susila hewan buas, mencerminkan harapan untuk hidup berkuasa sendiri, menang sendiri dan lain sebagainya. Usaha untukmenguasai dan mengendalikan nafsu-nafsu tersebut merupakan suatu hal yang sangat asasi dalam rangka membangun kehidupan yang manusiawi danjustru alasannya ialah itulah perjuangan tersebut merupakan jihad akbar.
Ketidak mampuan insan menundukkan, menguasai dan mengendalikan kecenderungan-kecenderungan hewan dan makhluk hidupi atau nafsu bahimiyah, sabu'iyah dan lawwamah tersebut sangat membahayakan dirinya sendiri dan juga bagi kehidupan masyarakat. Dalam realita, kehidupan sering kita saksikan, bahwa kekacauan dan kerancauan, penyimpangan dan Penyelewengan, kekejian dan kejahatan, korupsi dan manipulasi yang terjadi dan bermunculan dalam kehidupan insan ialah bersumber dan ketjdak mampuan insan untuk menundukkan, menguasai dan mengendalikan nafsu bahimiya,nafsu subui'yah dan nafsu lawwamah yang ada di dalam dirinya:
Saudara, tiba in dan tiba at sekalian yang berbàhagia.
Sesungguhnya keselamatan insan baik sebagi individu maupun warga masyarakat sungguh sangat bergantung pada bisa tidaknya insan menguasai dan mengendali nafsu-nafsu tersebut. Keberanian mengorbankan kepentingan individu atau eksklusif dengan kepentingan kesejahteraan dan kemaslahaan bersama hendaklah sanggup kita petik sebagai nasihat dalam hari Raya Kurban ini.
Demikianlah yang sanggup saya sampaikan dalam kesempatan yang berbahagia ini, terima kasih atas segala perhatiannya mohon maaf atas kesalahan dan kekhilafannya, akhirnya,
Hadanallahu waiyyakum ajma’in wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Demikian Pidato Hari Raya Kurban (Idul Adha),
Advertisement